Rabu, 30 Juni 2010

Ibu


Bersamamu mungkin aku rasakan..
Detak jantung pada mimpi-mimpi yang merayap.

Bersamamu mungkin aku rasakan
Saat cahaya perlahan mengukir pikiranku.

Kau adalah bintang yang bergetar dalam ruang hatiku.

Maka bersamamu, aku rasakan semua getaran cinta.
Pada pelukan hangatmu, dan senyuman manismu.

Kau adalah bunga yang setiap saat tumbuh di ladang luka-luka ku.

Maka bersamamu, aku rasakan kebahagiaan.
Dan tak pernah ada secuil luka di hatiku.

Kau bentangkan semua cinta yang ada pada hidupmu.
Dan kau serahkan itu padaku.

Hingga diriku menjadi cinta Padamu Ibu.

Ayah Ku Rindu


Siapakah dia...
Seorang lelaki seperti apakah dia
Apakah dia tampan atau buruk rupa
Apakah dia baik hati atau jahat

Siapakah dia...
Yang membuat aku ada di dunia
Apakah dia tahu aku anak baik atau nakal
Apakah dia tahu cita-cita dan mimpiku

Siapakah dia...
Seorang ayah yang jauh dimata
Apakah dia tahu aku membutuhkannya
Apakah dia tahu aku merindukannya

Ayah...tahukah kau
Aku anak yang baik
Aku tidak nakal
Karena aku tidak ingin engkau marah

Ayah..tahukah kau
Apa mimpi dan cita-citaku
Aku akan membangun istana megah
Untuk ayah dan ibu
Kelak di surga

Ayah...
Kapankah kita bersatu
Aku ingin memelukmu
Merasakan belaian lembutmu
Yang tidak pernah kudapat

Ayah...
Tahukah kau
Aku merindukanmu--sepanjang hayatku

Pada Sebuah Buku Puisi


Aku bertemu ibu di halaman belakang
Ia sedang bernyanyi-nyanyi kecil
Atau menangis sambil mencabut rumput
Nakal yang memanjat pagar

Di halaman depan, aku melihat ayah
Sedang menikmati kopi dan
Koran pagi yang basi, asbaknya
Penuh kecemasan

Aku juga bertemu si penyair
Di selembar kata pengantar
Tetapi ia tak mau menjelaskan
Mengapa ibu dan ayahku dipisahkan
Berlembar-lembar halaman

Mencari Tubuh Ayah


Dari pintu yang kuak setengah
Ibu melambaikan tangan
Sambil tertunduk memasrahkan biji-biji
Air mata pada lantai

Air mata itulah yang tumbuh jadi laut
Seluruh pantainya adalah muara

Suatu waktu, ayahmu kembali
Dibawa oleh sungai
Aku akan menerimanya meski
Telah menjadi daun kering
Atau sampah
Atau apa pun,
Katanya padaku

Aku berenang berhari-hari
Tetapi laut itu sungguh luas
Dan setiap pulau yang kudatangi
Tak menyimpan tubuh ayahku

Aku juga memanjat punggung-punggung gunung
Tetapi setiap tangga menuju arah yang salah

Ibu tetap menunggu di atas doa-doa
Dan uban-ubannya rontok satu-satu
Menjadi kayu bakar
Yang memanaskan tungku tanah liat
Agar kami tetap kuat

Sabtu, 08 Mei 2010

Tentang Kerinduan


Demi malam ketika rasa sepi memagut resah bintang pada bulan
Biarkan lelaki ini terus memanggil manggil di kejauhan langit
Menatap kosong penuh peluh dengan hembus nafas tersesak
Dan menggigil dingin tersapu angin bersahutan dalam rinai hujan

Baru beberapa saat rasanya senja berarak tak kian berpamitan
Fajar tak juga membawa embun pada belaian pagi
Dan baru saja kemaren dekapan terasa hangat
Menyentuh pucuk – pucuk asmara
Merengkuhku dalam genggaman cintamu

Semakin hari pun sendu mengikis waktu di perasingan langkah
Merantai tangan dengan duri keindahan mawar yang tak terjamah
Lalu memenjarakan jiwa dalam gelora kerinduan yang bersenandung

Aku lelah mencumbui kerinduan ini, sayank…
Seringnya aku lewatkan lelap mengurai benang harap
Agar engkau lekas kembali saat aku terjaga
Namun ….
Aku hanya punya bekal mimpi semalam darimu
Untuk aku slalu simpan di perjalanan siang hingga petangku
Dalam penantianmu, sayank…

Ingin aku gulir waktu
Agar segera aku mengusap wajahmu; membelaimu
Membiarkanmu bersandar di dadaku
Mengurai resah dan gelisah oleh kusamnya waktu
Berbagi kasih dan cinta yang membelah jiwa kita
Merasai desah nafas dan detak jantungmu

Lalu aku bisikan perlahan di telingamu
Keindahan teratai yang tumbuh di tengah danau jiwa kita
Juga bahagia hari esok yang ingin kita lewati
Tentang cita-cita dan impian
Tentang besarnya cintaku untukmu

Ah kekasih, betapa aku tak bisa jauh darimu…

Terbiaskan Oleh Hujan


Ku berjalan di tengah hujan
Berat langkahku coba merangkai awan
Iringi hariku

Ku hapus ragaku dari semua beban
Ku belenggu pikiran sejauh mataku memandang
Arah dalam hidupku

Ku biarkan namamu terbiaskan oleh hujan
Agar tak ada lagi sesal hatiku
Ku biarkan wajahmu terbiaskan oleh hujan
Agar tak kutahu arah kau tuju

Biarlah kau pergi bersama hujan
Karena kutahu di sini bukan tempatmu
Sekali lagi biarkan saja
Hujan membawamu pergi

Dan saat kau ingin kembali
Takkan pernah ku menghampiri
Karena semua makna telah terbiaskan
Menghilang dari arah hidupku
Dan takkan kembali…

Lagu Kita (Untuk Semua)


Dalam hening langit yang sepi
Ku nyanyikan lagi
Lagu yang telah ku ciptakan untukmu
Dan terngiang di pikirku lantunan suaramu
Yang kala itu bersamaku
Berharap waktu itu kembali jadi nyata di sampingku

Biarlah aku sepi
Asal kau tetap bernyanyi
Dari sini aku mampu memberi
Sebuah lagu rindu untukmu

Dan..
Tetaplah kau di sana
Sampai aku datang bawakan laguku untukmu
Dan kita kan bernyanyi kembali

We’re the persons that still be one
We’re the one that still be truth

Walau aku tak sesempurna dahulu
Yakinlah aku kan sempurnakan lagu ini untukmu

Lagu ini lagu kita
Lagu untuk semua