Sabtu, 08 Mei 2010

Tentang Kerinduan


Demi malam ketika rasa sepi memagut resah bintang pada bulan
Biarkan lelaki ini terus memanggil manggil di kejauhan langit
Menatap kosong penuh peluh dengan hembus nafas tersesak
Dan menggigil dingin tersapu angin bersahutan dalam rinai hujan

Baru beberapa saat rasanya senja berarak tak kian berpamitan
Fajar tak juga membawa embun pada belaian pagi
Dan baru saja kemaren dekapan terasa hangat
Menyentuh pucuk – pucuk asmara
Merengkuhku dalam genggaman cintamu

Semakin hari pun sendu mengikis waktu di perasingan langkah
Merantai tangan dengan duri keindahan mawar yang tak terjamah
Lalu memenjarakan jiwa dalam gelora kerinduan yang bersenandung

Aku lelah mencumbui kerinduan ini, sayank…
Seringnya aku lewatkan lelap mengurai benang harap
Agar engkau lekas kembali saat aku terjaga
Namun ….
Aku hanya punya bekal mimpi semalam darimu
Untuk aku slalu simpan di perjalanan siang hingga petangku
Dalam penantianmu, sayank…

Ingin aku gulir waktu
Agar segera aku mengusap wajahmu; membelaimu
Membiarkanmu bersandar di dadaku
Mengurai resah dan gelisah oleh kusamnya waktu
Berbagi kasih dan cinta yang membelah jiwa kita
Merasai desah nafas dan detak jantungmu

Lalu aku bisikan perlahan di telingamu
Keindahan teratai yang tumbuh di tengah danau jiwa kita
Juga bahagia hari esok yang ingin kita lewati
Tentang cita-cita dan impian
Tentang besarnya cintaku untukmu

Ah kekasih, betapa aku tak bisa jauh darimu…

Terbiaskan Oleh Hujan


Ku berjalan di tengah hujan
Berat langkahku coba merangkai awan
Iringi hariku

Ku hapus ragaku dari semua beban
Ku belenggu pikiran sejauh mataku memandang
Arah dalam hidupku

Ku biarkan namamu terbiaskan oleh hujan
Agar tak ada lagi sesal hatiku
Ku biarkan wajahmu terbiaskan oleh hujan
Agar tak kutahu arah kau tuju

Biarlah kau pergi bersama hujan
Karena kutahu di sini bukan tempatmu
Sekali lagi biarkan saja
Hujan membawamu pergi

Dan saat kau ingin kembali
Takkan pernah ku menghampiri
Karena semua makna telah terbiaskan
Menghilang dari arah hidupku
Dan takkan kembali…

Lagu Kita (Untuk Semua)


Dalam hening langit yang sepi
Ku nyanyikan lagi
Lagu yang telah ku ciptakan untukmu
Dan terngiang di pikirku lantunan suaramu
Yang kala itu bersamaku
Berharap waktu itu kembali jadi nyata di sampingku

Biarlah aku sepi
Asal kau tetap bernyanyi
Dari sini aku mampu memberi
Sebuah lagu rindu untukmu

Dan..
Tetaplah kau di sana
Sampai aku datang bawakan laguku untukmu
Dan kita kan bernyanyi kembali

We’re the persons that still be one
We’re the one that still be truth

Walau aku tak sesempurna dahulu
Yakinlah aku kan sempurnakan lagu ini untukmu

Lagu ini lagu kita
Lagu untuk semua

Jumat, 07 Mei 2010

Alamku


Kala senja itu.Tenang damaikan kalbu
Berbisik memanggilku untuk kembali
Dalam gelap menggapai untuk bermimpi

Ketika pagi bangunkan aku
Dengan secerah mentari pagi
Berikan kehangatan lindungi diriku
Dari menusuknya embun pagi

Lihatlah indah alamku sejukkan hatiku yang beku
Dengarkan suara alamku nyanyikan sebuah lagu merdu
Damaikan hati dan jiwaku

Bawalah aku tenang di sisi lambaian petang
Kala burung kepakkan sayapnya
Kala senja munculkan warnanya
Tuk sejenak menatap keindahan yang kuasa

Akankah esok dapat ku lihat lagi
Lukisan indah seperti ini
Andai semua mampu mengerti
Andai semua mampu pahami

Alamku takkan terluka
Alamku takkan murka
Alamku takkan hilang dan mati

Karena Kau Bidadariku


Yakinkan hati ini
Dalam tiap langkah semu
Merindu bersama kau di sisiku

Karena kau bidadariku
Dalam angan rangkai mimpiku
Wujudkan khayalan jadi kenyataan
Karena kau bidadariku
Dalam angan rangkai mimpiku
Tiada sunyi getarkan ragaku

Inilah rindu
Segenap cinta untuk dirimu
Aku kan mencari
Pelangi indah di hatimu
Walau hanya dalam mimpi

Mimpi bukanlah hanya mimpi
Saat mentari enggan bersinar kembali

Bayangan Hati


Izinkanku menjagamu
Menopang bayangmu dan menghargai kasihmu
Walau kau takkan menjadi milikku

Berikan waktu untukku
Untuk dapat mengagumi dan mencintai hadirmu
Kendati hanya dalam mimpiku

Biarkanku melukis indahmu
Dalam relung hati dan seluruh ragaku
Meski hanya sebagai pelita dalam gelapku

Hanya cinta yang inginku hadirkan
Untukmu bayangan hatiku
Tak sanggupku memberi bintang
Untuk menghiasi langitmu

Dewi Yang Rapuh


Hiasi wajahmu yang cantik walau hatimu terluka
Dewi yang terindah luluhkan senyummu yang ada
Janganlah engkau bersedih
Hanya kau yang bisa merubah hidupmu
Ku ingin engkau menjadi seperti yang dulu
Saat senyum indah masih melekat di bibir manismu

Waktu tak mungkin kau kalahkan untuk mengubah kenangan
Waktu tak mungkin kan kembali untuk mengulang kenangan

Beranjaklah dari mimpimu
Jangan kau terus terpuruk dalam kegelapan
Biarkan hujan membasuh perihmu
Hilangkan debu yang merusak jiwamu

Walau kau tak mampu terbang dengan sayapmu yang patah
Berlarilah menuju cahaya terang di depanmu
Meski tak sanggup kau menari di atas rapuhnya hatimu
Bernyanyilah tenangkan jiwamu yang terluka

Jangan pernah merasa hidup ini penuh derita
Jangan engkau merasa bahwa semua ini tak adil
Ada jalan lain yang lebih baik untukmu

Yakinkan bahwa hatimu takkan layu
Biarlah cinta yang datang untuk menemukanmu
Usah kau kejar yang telah berlalu

Aku kan ada di sampingmu sediakan dekapku untukmu
Biarkan engkau tertidur dalam kehangatan
Dan melupakan yang telah membuat mu menjadi dewi yang rapuh
Ingatlah esok hari masih panjang
Dan akan berikanmu kehangatan di pagi indahnya
Agar kau kembali menghiasi bumi…dengan anggunmu

Di Akhir Kepak Sayapmu


Berlarilah dan jangan pernah berhenti
Tinggalkan beban di pundakmu
Datang kepadaku dengan senyummu
Aku menunggumu

Jangan cepat engkau menyerah
Hadapi rintangan yang menghalangimu
Aku ada di depanmu
Menunggumu di akhir perjalanan ini

Tak perlu sesali yang telah berlalu
Dan yakinkanlah tentang mimpi indah ini

Kibaskanlah sayapmu
Meskipun itu hanya dengan sebelah sayapmu
Dan yakinkanlah kau tetap bisa terbang
Karena aku menunggumu
Di akhir kepak sayapmu

Jangan cepat engkau menyerah
Dari semua pilu yang menghambat langkahmu
Karena aku menunggumu
Di akhir perjalanan ini
Di akhir kepak sayapmu

Hal Terindah Yang Dapat Aku Pikirkan


Lama berjalan dalam ketiadaan sang waktu
Beraikan segenap logika yang masih kupunya
Kuhapus semua yang membuatnya terluka
Hanya sekedar untuk….

Tertawa lagi bersamanya
Melihatnya dalam senyum
Dan mendengar suaranya sekali lagi
Itulah hal terindah yang dapat
Aku pikirkan sekarang

Dalam tatap matanya yang terlanjur kosong
Kucoba buatnya tak meneteskan air mata
Dalam asa yang masih tersisa
Kusediakan waktu untuk…

Berjalan lagi bersamanya
Menghabiskan waktu untuknya
Dan mendengarkan isi hatinya lagi
Itulah hal terindah yang dapat
Aku pikirkan sekarang

Hanya itu untuk saat ini…

Kisah Pria Dan Wanita


Ada sebuah kisah tentang penciptaan pria & wanita. Pada saat Sang Pencipta
telah selesai menciptakan pria. Ia baru menyadari bahwa Ia juga harus
menciptakan wanita.

Padahal semua bahan untuk menciptakan manusia sudah habis dipakai untuk
menciptakan pria. Kemudian Sang Pencipta merenung sejenak, dan kemudian Ia
mengambil tulang rusuk kiri pria tersebut dengan diberi campuaran lingkaran bulan purnama,
kelenturan ranting pohon anggur, goyangrumput yang tertiup angin, mekarnya bunga,
kelangsingan dari buluh galah,sinar dari matahari, tetes embun dan tiupan angin.

Ia juga mengambil rasa takut dari kelinci dan rasa sombong dari merak,
kelembutan dari dada burung dan kekerasan dari intan, rasa manis dari madu
dan kekejaman dari harimau, panas dari api dan dingin dari salju, keaktifan
bicara dari burung kutilang dan nyanyian dari burung bul-bul, kepalsuan dari
burung bangau dan kesetiaan dari induk singa.

Dengan mencampurkannya bahan semua itu, maka Sang Pencipta membentuk wanita
dan memberikannya kepada pria. Pria itu merasa senang sekali karena hidupnya
tidak merana dan kesepian seorang diri.

Setelah satu minggu, pria itu datang kepada Tuhan, katanya: ‘Tuhan,
ciptaan-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku membuat hidupku tidak bahagia.
Ia bicara tiada henti sehingga aku tidak dapat beristirahat. Ia minta selalu
untuk diperhatikan. Ia mudah menangis karena hal-hal sepele. Aku datang
untuk mengembalikan wanita itu kepada-Mu, karena aku tidak bisa hidup
dengannya’.

‘Baiklah’, kata Sang Pencipta. Dan Ia mengambilnya kembali. Beberapa minggu
kemudian, pria itu datang lagi kepada Tuhan, dan berkata, ‘Tuhan, sejak aku
memberikan kembali wanita ciptaan-Mu, kini aku merana kesepian.

Tiada lagi yang memperhatikanku, tiada lagi yang menyayangiku. Aku selalu
memikirkan dia, ke mana pun aku pergi, aku selalu ingat dia. Makan tidak
enak, tidur tidak nyenyak. Aku rindu kepadanya. Di kala aku sendirian,
kubayangkan wajahnya yang cantik, kubayangkan bagaimana ia menari dan
menyanyi. Bagaimana ia melirik aku. Bagaimana ia bercakap-cakap dan manja
kepadaku. Ia sangat cantik untuk dipandang, dan sedemikian lembut untuk
disentuh. Aku suka akan senyumannya.

Tuhan, kembalikan lagi wanita itu kepadaku!’.

Sang Pencipta berkata, ‘Baiklah’. Ia memberikan wanita itu kembali
kepadanya. Tetapi, tiga hari kemudian pria itu datang lagi kepada Tuhan dan
berkata, ‘Tuhan, aku tidak mengerti. Mengapa dia memberikan lebih banyak
lagi kesusahan dari pada kegembiraan. Dia semakin menyebalkan. Aku tidak
tahan lagi dengan sikap dan tingkah lakunya. Aku berdoa kepada-Mu.

Ambillah kembali wanita itu. Aku tidak dapat lagi hidup dengannya’.

Sang Pencipta balik bertanya, ‘Kamu tidak dapat hidup lagi dengannya?’.

Pria itu tertunduk malu, ia merasa putus asa. Dalam hatinya ia berkata, ‘Apa
yang harus aku perbuat? Aku tidak dapat hidup dengannya, tetapi aku juga
tidak dapat hidup tanpa dia. Tuhan, ajarilah aku untuk mengerti apa arti
hidup ini?’.

‘Belajarlah untuk memahami perbedaan dan belajarlah untuk berani menerima
perbedaan dalam hidupmu! Pahamilah dan usahakanlah apa yang menjadi
kebutuhan mendasar dari pasangan hidupmu!’, jawab Tuhan.

Dan inilah enam kebutuhan mendasar pria dan wanita:
1. Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan.
2. Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan.
3. Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan.
4. Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman.
5. Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan.
6. Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan

Hati Yang Terindah


Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, sebuah suara dari langit pun terbentang ” Mengapa hatimu masih belum seindah hati pak Tua itu ?”. Kerumunan orang-orang dan pemuda itu pun menjadi kaget dan lekas-lekas pergi melihat pak tua yang tidak jauh dari sana. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Pemuda itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin hati pak tua itu bisa lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa ” Anda pasti bercanda, pak
tua”, katanya, “bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan”. ” Ya”, kata pak tua itu, ” hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.

Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?”

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, and merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat
ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.

Derai Kehidupan


Hidup…?
Apakah hidup ini sulit ..?
Terpaan seiring dengan dentang-dentang waktu
Tak akan kau berjalan bila tak ada sepatu…

Bekal itu akan berguna…
Menjadi perisai dalam laga
Ujung tombak yang harus kau asa
Singkirkan pula raksasa dunia…!!

Selalu dan terus maju…
Bukan kau ! tapi waktu itu !!!
Isak tangismu tak menghentikannya…
Dan tinta-tinta kisahmu terus berderai…

Diatas lembaran-lembaran hari..
Itu pasti…
Ketika tinta telah habis.
Dan kertas telah mengering.

Selepas Langit Membiru


Selangkah diamku membunuh perih
Hati yang lembam terkulai tak semudah lekas
Masih rapuh,
Masih menyebab aku tak bergairah
Tak mengambisi

Waktu yang ibarat itu adalah ruh semesta
Tak kuhirau itu,
Biar apa adanya

Jika terik mentari itu bak detak jantung jagad raya
Tapi kubiar abai itu,
Sebab kuingini jiwaku terbakar hitam arang olehnya

Bahkan walau…
Senyapnya malam adalah ranjang kasur,
Guna melelap kepada mimpi
Tapi itu kujadikan seperti tikar,
Kugelar tuk kuurai silam mengenang kemaren

Maka, biar selepas langit membiru esok
Akan nampak gurat warna pelangi
Atau abu bermendung berarak